Thursday, 6 December 2018

Bagaimana wajah pendidikan anak-anak Indonesia di pelosok negeri jiran, sabah?

Pendidikan bukan hanya milik mereka yang sedang dijawa...
Pendidikan bukan hanya milik mereka yang sedang dekat dengan penguasa ...
Pendidikan bukan hanya milik mereka yang memiliki harta..
Itu hakikat pendidikan....
Pendidikan bahkan juga milik mereka yang hidup di kolong-kolong jembatan kota..
Sesuai janjinya Negara wajib memberikan hak pendidikan bagi seluruh anak-anak Indonesia..
Jika belum siapa yang berdosa?..
kita, semua kaum terdidik di Indonesia..
- Tengah ladang sawit sabah (2018)


Hai, aku adalah 1 dari 5 orang yang lolos dan berkesempatan mengabdi di kampung TKI di sabah, pelosok negara malaysia, di program yang diselenggrakan oleh saudara satu negara. Aku dari UNESA, Adi dari UNNES, Bang gibral paling tua dari UGM, Farhah dari UIN AR-RANIRY, dan terakhir mbak wulan dari ITB.

Kali ini aku ingin menceritakan mengenai wajah pendidikan anak-anak indonesia di pelosok negeri jiran, sabah. Tak mungkin akurat memang, bagaimana yah, cuman 3 hari disana, dan hanya di CLC ladang lumadan.

Mungkin kalian tanya, ngapain sih mengabdi jauh-jauh? indonesia loh masih banyak yang terpelosok? jangankan luar jawa, di jawa pun juga masih banyak yang terpelosok. Jawabannya adalah "iya juga ya, ngapain juga kesana". eits nggak-nggak, jawaban yang bener adalah mereka juga bagian dari kita, dimanapun kita mengabdi untuk indonesia, asalkan untuk kepentingan indonesia apakah salah?. 
Kembali lagi nih ke masalah sabah, jadi ditempat saya dan tim mengabdi itu adalah daerah yang hampir semuanya adalah TKI, pekerja ladang sawit, kampung yang terletak di tengah-tengah ladang sawit yang luas nya berhektar-hektar. Jadi kebanyakan dari mereka adalah warga negara indonesia yang sedang mencari nafkah di negeri orang.

Berikut adalah gambaran wajah pendidikan anak-anak indonesia di sana 

1. BANGUNAN APA ADANYA

Seperti itulah bentuk bangunannya, tahu itu awalnya apa? itu adalah bekas gudang yang tak terpakai, dan disulaplah menjadi CLC (Comunity Learning Center) atau bahasa indonesia nya PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat)jadi yah bentuknya seadanya. Sederhana memang, tapi sudah cukup mewakili makna sekolah, tawa polos mereka menunjukkan bahwa CLC ini adalah taman bagi mereka, seperti kata Ki Hajar Dewantara (bapak pendidikan Indonesia) pendidikan haruslah menyenangkan layaknya sebuah taman.

2. GURU MINIM DAN KEIHKLASANNYA

CLC ladang lumadan ini berisi kan murid-murid dari SD hingga SMP, dan jumlah gurunya hanya 4, miris memang, padahal SDM guru di indonesia sangatlah melimpah. Namun mereka sangat ikhlas mengajar, pernah ditengah-tengah perbincangan dengan bu nur, selaku kepala sekolah disana :
"Disini yang kurang adalah kesadaran akan penting nya pendidikan" kata bu nur
"Lantas bagaimana usaha ibu?" Tanya ku
"Saya samperin satu-satu orang tua mereka jika tak menyuruh anaknya sekolah, jika perlu saya kasih rengek, saya kasih rengek agar mereka disuruh untuk sekolah.

3. JARAK 12 KM DAN TRUCK SAWIT SEBAGAI MOBIL JEMPUTNYA

Jarak antara CLC dan permukiman gerombolan murid-murid disana adalah 12 KM, jauh, juauh banget, tapi karena terlalu minimnya minat pendidikan, jika tidak ada fasilitas penjemputan maka para orang tua tidak akan menyuruh anaknya sekolah. Alhasil, bu nur dengan segala keihklasannya harus menjemput anak-anak menggunakan truck sawit yang tidak dipakai saat pagi hari, jam 5 setelah shubuh. 

4. STANDAR PENDIDIKAN YANG RENDAH

Kelas 4 SD sudah bisa membaca saja untung-untungan. karena mungkin terbentur dengan keterbatasan guru dan kurang minatnya orang tua pada pendidikan maka berdampak pada standar yang rendah pula.

 5. MIMPIKU ADALAH PULANG KE INDONESIA


Ternyata beberapa dari mereka masih beranggapan bahwa Indonesia masih menjadi tempat ternyaman untuk kembali. yang bikin aku terharu kala itu adalah, ketika aku menyuruh mereka menyanyi, lagu apa yang mereka nyanyikan? lagu nasionalisme dengan suara indahnya.. pernah juga ketika aku suruh menulis mimpi mereka dikertas, apa yang mereka tuliskan? beberapa dari mereka menulis, aku ingin kuliah kebandung, aku ingin kembali ke Indonesia, aku ingin berkelana ke indonesia, dan yang paling miris aku ingin tahu indonesia..

Pesan yang kutangkap dari 3 hari ku disana adalah mereka itu bagian dari kita, mereka saudara kita, mereka butuh kita, bahkan di pelosok negeri jiran sana, mereka masih menganggap Indonesia masih menjadi tempat ternyaman untuk kembali




0 komentar:

Post a Comment